Berawal dari buku yang sebenarnya sudah cukup lama menghiasi rak buku di kamarku, namun belum tuntas jua aku melahapnya, karena berbagai alasan klasik yang biasa aku pakai… J. Sejak kemarin, aku libur kuliah + libur kerja = banyak waktu luang. waktu luang ini sudah aku fokuskan Insya Alloh untuk meningkatkan amal yaumiyah, menyelesaikan Laporan KKPku dan membaca buku-buku yang belum tuntas aku baca… J
Kemarin, berhasillah.. aku
melahap buku pemberian dari seseorang, yang semoga selalu di Rahmati Alloh SWT “Aamiin…”
yang berjudul “Be a Great Wife” karya Isham bin Muhammad asy-Syarif. Buku ini
sungguh luar biasa, memberikan motivasi dan pencerahan untuk kelak menjadi
seorang Istri sholehah yang senantiasa di Ridhoi Alloh SWT. Tetapi dalam
kesempatan ini aku tidak membahas isi tentang buku itu, namun masih berhubungan
dengan dunia Wanita.
Membaca dan melihat judul tulisanku
di atas sana,membuat hati ini bergetar penuh semangat seolah menyaksikan
semangat Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab ketika berada di medan perang… Ya….
Medan Perang… Ummu Ammarah adalah seorang shahabiyah dan mujahidah sejati yang
tangguh dan perkasa yang senantiasa membela Rasulullah SAW menghadapi kaum
Musyrikin dalam beberapa peperangan.
Di dalam buku yang baru saja aku baca
ini, karangan Syaikh Ahmad Khalil Jum’ah
yang berjudul “Wanita Wanita Mulia yang
Dijamin Surga” telah memotivasiku untuk dapat berbagi, menceritakan (meskipun
tidak menceritakan secara keseluruhan) salah satu kisah wanita dari 10 wanita yang dijamin masuk surga yang ditulis oleh
Syaikh Ahmad Khalil Jum’ah ini.
Dan alasan kenapa aku memilih menceritakan
Kisah Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab yaitu sebagaimana yang telah aku
tuliskan sebelumnya yaitu karena Ummu Ammarah adalah seorang shahabiyah dan
mujahidah sejati yang tangguh dan perkasa yang senantiasa membela Rasulullah
SAW menghadapi kaum Musyrikin dalam beberapa peperangan.
Siapakah Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab itu???
Ummu Ammarah adalah sosok Ibu
teladan serta penyayang, sosok istri yang setia, seorang pelopor kaum beriman,
seorang pahlawan yang bertempur dengan gagah berani demi membela keselamatan
nyawa Rasulullah SAW, sosok wanita tekun yang tak pernah lelah beribadah,
seorang perawi hadist yang sangat kuat hafalannya, dialah wanita yang memiliki
seluruh sifat keutamaan.
Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab
Al-Maziniah Al-Najjiriah adalah salah satu dari dua wanita dari kaum Anshar yang
hadir dan mengikuti bai’at Aqabah Kedua dan wanita yang satu lagi adalah Ummu
Mani’ Asma binti Amru bin ‘Adi Al-Sulaimah.
Ummu Ammarah menikah dengan Zaid
bin ‘Ashim Al-Mazini Al-Najjiriah, dan dikaruniai dua putera yang diberi nama
Abdullah dan Habib. Setelah suaminya meninggal, Ummu Ammarah dinikahi oleh
Ghaziyah bin Amru Al-Mazini Al-Najjiriah dan darinya dikaruniai puteri bernama
Khaula.
Pertempuran – pertempuran apa saja yang diikuti Ummu Ammarah??
Shahabiyah yang mulia Ummu Ammarah
turut serta dalam banyak pertempuran bersama Rasulullah SAW yaitu pertempuran
pada malam Bai’at Aqabah, perang Uhud, peristiwa Hudaibiyah, perang Khaibar,
peristiwa Umrah Al-Qadha, perang penaklukkan Makkah, dan perang Hunain. ia juga
turut serta dalam perang melawan kaum murtad di Yamamah membasmi kekuatan
Musailamah Al-Kadzab dan pasukannya.
Dalam berbagai pertempuran ini,
Ummu Ammarah menunjukan sikap kepahlawanan yang cemerlang, dari satu medan laga
ke medan laga lainnya. Dalam sejarah islam ia tercatat sebagai wanita yang
pertama kali ikut serta bertempur dalam medan pertempuran.
Keperkasaan dan Kepahlawanan Ummu Ammarah di medan Uhud!
Dalam perang Uhud, Nampak keluar
sebuah keluarga yang beriman; Ummu Ammarah, kedua anaknya Abdullah dan Habib
serta suaminya Ghaziyah bin Amru, suami dan kedua puteranya bertempur dengan
ganas, sementara Ummu Ammarah menganguti air minum bagi prajurit muslim dan
mengobati prajurit yang terluka. Namun situasi pertempuran yang semakin memburuk
memaksanya untuk turut serta memanggul senjata melawan kaum musyrik dan
menunjukan sikap kepahlawanan demi membela keselamatan Rasulullah SAW, tanpa
sedikitpun merasa segan dan gentar. Itu terjadi saat pasukan kamu muslimin
telah kocar-kacir, akibat gempuran dasyat yang mereka alami pada hari itu.
Dalam kondisi yang sangat genting ini, Ummu Ammarah segera menghunus pedang dan
mengangkat perisai, berjalan dengan mantap mendekati Rasulullah SAW untuk
melindungi beliau.
Dalam duel maut ini, salah
seorang pasukan berkuda kaum musyrik, menemui ajalnya ditangan Ummu Ammarah. Berikut
Ummu Ammarah mengisahkan :
“Seorang penunggang kuda datang ke
arahku dan membabatkan pedangnya beberapa kali, namun aku selalu berhasil
menangkisnya sehingga ia tidak mampu berbuat banyak. Ketika kudanya berbalik,
aku pukulkan pedangku kearah betis kudanya sehingga ia terjungkal dari kudanya.
Melihat hal itu Rasulullah SAW segera berteriak, “Hai anak Ummu Ammarah!
Bantulah Ibumu! Bantulah Ibumu!” Anak saya segera datang membantu, hingga
akhirnya si penunggang kuda itu menemui ajalnya.”
Sekali lagi, Ummu Ammarah masih
bertempur dengan hebat disekeliling Rasulullah SAW. Darah terlihat mengucur
deras dari pundaknya, namun ia tidak memeperdulikannya. Ia terus bertempur dan
bertempur sehingga akhirnya mendapat doa rahmat dari Rasulullah SAW. Abdullah
bin Zaid (Putera Ummu Ammarah) mengisahkan : “Ketika Rasulullah SAW melihat darah
mengucur deras dari pundak Ibuku. Maka Beliau (Rasulullah SAW) bersabda, “Tolonglah
ibumu! Tolonglah ibumu! Balutlah lukanya! Semoga Allah mearhamati seluruh
anggota keluarga kalian. Sesungguhnya bapak tiri kalian – suami ibuku, Ghaziyah
bin Amru – adalah lebih baik dari kedudukan fulan dan fulan. Semoga Allah
merahmati seluruh anggota keluarga kalian.” Setelah itu Rasululah SAW mendoakan
keluarga ini agar menjadi pendamping beliau di syurga.
Kepahlawanan Ummu Ammarah dalam perang Hunain!
Ummu Ammarah menunukan sikap
kepahlawanan nan cemerlang dalam perang Hunain, yang tidak kalah indah dengan
kepahlawanannya di medan laga Uhud. Patut kita catat bahwa dalam kedua
peperangan ini,Ummu Ammarah telah mencurahkan keperkasaannya, bahkan ia membunuh
seorang musyrik dengan pedangnya.
Perang ini merupakan peperangan
terakhir Ummu Ammarah bersama Rasulullah SAW. Meski demikian kecintaannya tetap
bersemayam dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Kita akan melihat sebagiannya dalam kisah peperangan Yamamah,
insya Allah….
Wanita Pahlawan Yamamah!
Ummu Ammarah mendatangi Khalifah
Abu Bakar Al-Shidiq dan meminta izin kepadanya untuk diperbolehkan menyertai
pasukan yang bergerak kearah Yamamah untuk memerangi nabi palsu, Musailamah
Al-Kadzab.
Sebelumnya Habib bin Zaid (Putera
Ummu Ammarah) telah syahid ketika ia diutus oleh Rasulullah SAW untuk
menyampaikan surat teguran kepada Musailamah yang mengaku-ngaku sebagai nabi.
Namun Musailamah tidak
menghormati hak-hak seorang utusan. Ia justru menangkap dan menahan Habib bin
Zaid. Disinilah Habib bin Zaid syahid karena ketika Musailamah berkali-kali
bertanya “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Habib
senantiasa menjawab dengan lantang “Ya.”
Namun setiap kali Musailamah
menanyakan, “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?” Ia
menjawab,”Saya tuli, tidak bisa mendengar.” Ia melakukan hal itu berulang kali
sehingga meledaklah kemarah Musailamah. Musailamah memotong-motong anggota tubuh
Habib bin Zaid satu persatu. Maka Habib pun gugur sebagai syahid Ruhnya naik
menghadap Allah dalam keadaan ridha dan diridhai.
Ketika berita itu sampai kepada
Ummu Ammarah, Ia pun bersumpah untuk berperang melawan Musailamah sampai
berhasil membunuhnya, atau ia sendiri yang akan terbunuh. Ia ridha dengan
ketentuan Allah SWT dan menanggung kesedihannya dengan penuh kesabaran. Ia
telah bertekad untuk mempersembahkan nyawanya, anak-anaknya dan segala apa yang
ia miliki kepada Allah SWT, agar ia bisa meraih syurga yang penuh dengan
kenikamatan.
Ummu Ammarah pun berangkat
bersama pasukan islam untuk kembali menorehkan peranan nan cemerlang
sebagaimana yang telah berkali-kali ia tunjukan sebelumnya. Ia begegas untuk
memenuhi sumpahnya, bukan semata untuk menuntut balas atas kematian putranya
karena ia telah melepaskan kepergian puteranya dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran. Adapun Ummu Ammarah bergegas adalah demi turut serta mencabut virus
kemurtadan sampai ke akar-akarnya.
Satuhal yang patut disebutkan di
sini, bahwa usianya saat itu telah melebihi 60 tahun. Uban telah memenuhi
kepalanya. Meski demikian ia tetap menyimpan bara semangat yang menyala, iman
memenuhi dadanya. Tulang-tulangnya yang rapuh tidak melemahkan tekadnya
sedikitpun juga.
Di medan Yamamah ia berperang
dengan perwira. Ia mendapatkan sebelas luka disekujur tubuhnya. Bahkan salah
satu tangannya putus ditebas oleh musuh. Ia terus maju tanpa memperdulikan
luka-lukanya. Ia hanya bertekad bisa berhadapan dengan musuh Allah, Musailamah
Al-Kadzab. Akhirnya yang ia inginkan tercapai juga. Dilihatnya pedang anaknya,
Abdullah bin Zaid dan pedang-pedang kaum muslimin meneteskan darah si nabi
palsu, Musailamah. Saat itu kegembiraan telah memenuhi seluruh relung hatinya.
Betapa tidak, sementara si gembong kemurkaan telah disingkirkan, sehingga tidak
aka nada lagi kemurtadan di tengah masyarakat Arab.
Kabar Gembira…Surga untuknya…!
Subhaanalloh, Ummu Ammarah
menempati kedudukan yang tinggi diantara para wanita shahabiyah lainnya. Betapa
tidak, sedangkan ia telah mempersembahkan segenap yang ia miliki untuk
memperjuangkan Islam, demi meninggikan kalimat Allah, dan menjadikan orang-orang
kafir menjadi yang paling rendah.
Keutamaannya dibidang ibadah dan
kesalehan senantiasa menebarkan wangi kesturi. Kisah kepahlawanan dan jihadnya
begitu menarik perhatian, mengguncang siapapun untuk mendengarkannya dengan
seksama. Ia terus menerus tanpa henti menebarkan kebajikan dan kedermawanan
dalam segala bidang, sampai ia menghadap kehadirat Allah dengan ridha dan
diridhai.
Berita gembira dengan surga,
telah ia raih ketika dimedan laga Uhud bersama segenap anggota keluarganya.
Saat itu Rasulullah SAW Bersabda di tengah kecamuk perang, sementara mereka
berada di sekeliling beliau, “Semoga Allah memberi rahmat kepada
kalian, wahai anggota keluarga.” Maka Ummu Ammarah berkata kepada Rasulullah “Berdoalah
kepada Allah agar menjadikan kami sebagai pendamping-pendamping Anda di surga kelak.” Maka Rasulullah berdoa :
“Ya
Allah!Jadikanlah mereka sebagai para pendampingku di surga.”
Subhanalloh, semoga kisah
inspiratif penuh semangat dan motivasi dari Ummu Ammarah ini dapat
mengembalikan dan meningkatkan semangat kita untuk tetap berjihad dan berdakwah
menegakkan agama Allah SWT.. Aamin Aamiin Ya Rabb..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar