Senin, 23 Desember 2013

Keperkasaan Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab di Medan Perang


Berawal dari buku yang sebenarnya sudah cukup lama menghiasi rak buku di kamarku, namun belum tuntas jua aku melahapnya, karena berbagai alasan klasik yang biasa aku pakai… J. Sejak kemarin, aku libur kuliah + libur kerja = banyak waktu luang. waktu luang ini sudah aku fokuskan Insya Alloh untuk meningkatkan amal yaumiyah, menyelesaikan Laporan KKPku dan membaca buku-buku yang belum tuntas aku baca… J

Kemarin, berhasillah.. aku melahap buku pemberian dari seseorang, yang semoga selalu di Rahmati Alloh SWT “Aamiin…” yang berjudul “Be a Great Wife” karya Isham bin Muhammad asy-Syarif. Buku ini sungguh luar biasa, memberikan motivasi dan pencerahan untuk kelak menjadi seorang Istri sholehah yang senantiasa di Ridhoi Alloh SWT. Tetapi dalam kesempatan ini aku tidak membahas isi tentang buku itu, namun masih berhubungan dengan dunia Wanita.

Membaca dan melihat judul tulisanku di atas sana,membuat hati ini bergetar penuh semangat seolah menyaksikan semangat Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab ketika berada di medan perang… Ya…. Medan Perang… Ummu Ammarah adalah seorang shahabiyah dan mujahidah sejati yang tangguh dan perkasa yang senantiasa membela Rasulullah SAW menghadapi kaum Musyrikin dalam beberapa peperangan.

Di dalam buku yang baru saja aku baca ini, karangan Syaikh Ahmad Khalil Jum’ah yang berjudul “Wanita Wanita Mulia yang Dijamin Surga” telah memotivasiku untuk dapat berbagi, menceritakan (meskipun tidak menceritakan secara keseluruhan) salah satu kisah  wanita dari 10 wanita  yang dijamin masuk surga yang ditulis oleh Syaikh Ahmad Khalil Jum’ah ini.

Dan alasan kenapa aku memilih menceritakan Kisah Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab yaitu sebagaimana yang telah aku tuliskan sebelumnya yaitu karena Ummu Ammarah adalah seorang shahabiyah dan mujahidah sejati yang tangguh dan perkasa yang senantiasa membela Rasulullah SAW menghadapi kaum Musyrikin dalam beberapa peperangan.

Siapakah Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab itu???

Ummu Ammarah adalah sosok Ibu teladan serta penyayang, sosok istri yang setia, seorang pelopor kaum beriman, seorang pahlawan yang bertempur dengan gagah berani demi membela keselamatan nyawa Rasulullah SAW, sosok wanita tekun yang tak pernah lelah beribadah, seorang perawi hadist yang sangat kuat hafalannya, dialah wanita yang memiliki seluruh sifat keutamaan.

Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab Al-Maziniah Al-Najjiriah adalah salah satu dari dua wanita dari kaum Anshar yang hadir dan mengikuti bai’at Aqabah Kedua dan wanita yang satu lagi adalah Ummu Mani’ Asma binti Amru bin ‘Adi Al-Sulaimah.

Ummu Ammarah menikah dengan Zaid bin ‘Ashim Al-Mazini Al-Najjiriah, dan dikaruniai dua putera yang diberi nama Abdullah dan Habib. Setelah suaminya meninggal, Ummu Ammarah dinikahi oleh Ghaziyah bin Amru Al-Mazini Al-Najjiriah dan darinya dikaruniai puteri bernama Khaula.

Pertempuran – pertempuran apa saja yang diikuti Ummu Ammarah??

Shahabiyah yang mulia Ummu Ammarah turut serta dalam banyak pertempuran bersama Rasulullah SAW yaitu pertempuran pada malam Bai’at Aqabah, perang Uhud, peristiwa Hudaibiyah, perang Khaibar, peristiwa Umrah Al-Qadha, perang penaklukkan Makkah, dan perang Hunain. ia juga turut serta dalam perang melawan kaum murtad di Yamamah membasmi kekuatan Musailamah Al-Kadzab dan pasukannya.

Dalam berbagai pertempuran ini, Ummu Ammarah menunjukan sikap kepahlawanan yang cemerlang, dari satu medan laga ke medan laga lainnya. Dalam sejarah islam ia tercatat sebagai wanita yang pertama kali ikut serta bertempur dalam medan pertempuran.

Keperkasaan dan Kepahlawanan Ummu Ammarah di medan Uhud!

Dalam perang Uhud, Nampak keluar sebuah keluarga yang beriman; Ummu Ammarah, kedua anaknya Abdullah dan Habib serta suaminya Ghaziyah bin Amru, suami dan kedua puteranya bertempur dengan ganas, sementara Ummu Ammarah menganguti air minum bagi prajurit muslim dan mengobati prajurit yang terluka. Namun situasi pertempuran yang semakin memburuk memaksanya untuk turut serta memanggul senjata melawan kaum musyrik dan menunjukan sikap kepahlawanan demi membela keselamatan Rasulullah SAW, tanpa sedikitpun merasa segan dan gentar. Itu terjadi saat pasukan kamu muslimin telah kocar-kacir, akibat gempuran dasyat yang mereka alami pada hari itu. Dalam kondisi yang sangat genting ini, Ummu Ammarah segera menghunus pedang dan mengangkat perisai, berjalan dengan mantap mendekati Rasulullah SAW untuk melindungi beliau.

Dalam duel maut ini, salah seorang pasukan berkuda kaum musyrik, menemui ajalnya ditangan Ummu Ammarah. Berikut Ummu Ammarah mengisahkan :
“Seorang penunggang kuda datang ke arahku dan membabatkan pedangnya beberapa kali, namun aku selalu berhasil menangkisnya sehingga ia tidak mampu berbuat banyak. Ketika kudanya berbalik, aku pukulkan pedangku kearah betis kudanya sehingga ia terjungkal dari kudanya. Melihat hal itu Rasulullah SAW segera berteriak, “Hai anak Ummu Ammarah! Bantulah Ibumu! Bantulah Ibumu!” Anak saya segera datang membantu, hingga akhirnya si penunggang kuda itu menemui ajalnya.”

Sekali lagi, Ummu Ammarah masih bertempur dengan hebat disekeliling Rasulullah SAW. Darah terlihat mengucur deras dari pundaknya, namun ia tidak memeperdulikannya. Ia terus bertempur dan bertempur sehingga akhirnya mendapat doa rahmat dari Rasulullah SAW. Abdullah bin Zaid (Putera Ummu Ammarah) mengisahkan : “Ketika Rasulullah SAW melihat darah mengucur deras dari pundak Ibuku. Maka Beliau (Rasulullah SAW) bersabda, “Tolonglah ibumu! Tolonglah ibumu! Balutlah lukanya! Semoga Allah mearhamati seluruh anggota keluarga kalian. Sesungguhnya bapak tiri kalian – suami ibuku, Ghaziyah bin Amru – adalah lebih baik dari kedudukan fulan dan fulan. Semoga Allah merahmati seluruh anggota keluarga kalian.” Setelah itu Rasululah SAW mendoakan keluarga ini agar menjadi pendamping beliau di syurga.

Kepahlawanan Ummu Ammarah dalam perang Hunain!  

Ummu Ammarah menunukan sikap kepahlawanan nan cemerlang dalam perang Hunain, yang tidak kalah indah dengan kepahlawanannya di medan laga Uhud. Patut kita catat bahwa dalam kedua peperangan ini,Ummu Ammarah telah mencurahkan keperkasaannya, bahkan ia membunuh seorang musyrik dengan pedangnya.

Perang ini merupakan peperangan terakhir Ummu Ammarah bersama Rasulullah SAW. Meski demikian kecintaannya tetap bersemayam dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Kita akan melihat  sebagiannya dalam kisah peperangan Yamamah, insya Allah….

Wanita Pahlawan Yamamah!

Ummu Ammarah mendatangi Khalifah Abu Bakar Al-Shidiq dan meminta izin kepadanya untuk diperbolehkan menyertai pasukan yang bergerak kearah Yamamah untuk memerangi nabi palsu, Musailamah Al-Kadzab.

Sebelumnya Habib bin Zaid (Putera Ummu Ammarah) telah syahid ketika ia diutus oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan surat teguran kepada Musailamah yang mengaku-ngaku sebagai nabi.

Namun Musailamah tidak menghormati hak-hak seorang utusan. Ia justru menangkap dan menahan Habib bin Zaid. Disinilah Habib bin Zaid syahid karena ketika Musailamah berkali-kali bertanya “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Habib senantiasa menjawab dengan lantang “Ya.”

Namun setiap kali Musailamah menanyakan, “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?” Ia menjawab,”Saya tuli, tidak bisa mendengar.” Ia melakukan hal itu berulang kali sehingga meledaklah kemarah Musailamah. Musailamah memotong-motong anggota tubuh Habib bin Zaid satu persatu. Maka Habib pun gugur sebagai syahid Ruhnya naik menghadap Allah dalam keadaan ridha dan diridhai.

Ketika berita itu sampai kepada Ummu Ammarah, Ia pun bersumpah untuk berperang melawan Musailamah sampai berhasil membunuhnya, atau ia sendiri yang akan terbunuh. Ia ridha dengan ketentuan Allah SWT dan menanggung kesedihannya dengan penuh kesabaran. Ia telah bertekad untuk mempersembahkan nyawanya, anak-anaknya dan segala apa yang ia miliki kepada Allah SWT, agar ia bisa meraih syurga yang penuh dengan kenikamatan.

Ummu Ammarah pun berangkat bersama pasukan islam untuk kembali menorehkan peranan nan cemerlang sebagaimana yang telah berkali-kali ia tunjukan sebelumnya. Ia begegas untuk memenuhi sumpahnya, bukan semata untuk menuntut balas atas kematian putranya karena ia telah melepaskan kepergian puteranya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Adapun Ummu Ammarah bergegas adalah demi turut serta mencabut virus kemurtadan sampai ke akar-akarnya.

Satuhal yang patut disebutkan di sini, bahwa usianya saat itu telah melebihi 60 tahun. Uban telah memenuhi kepalanya. Meski demikian ia tetap menyimpan bara semangat yang menyala, iman memenuhi dadanya. Tulang-tulangnya yang rapuh tidak melemahkan tekadnya sedikitpun juga.

Di medan Yamamah ia berperang dengan perwira. Ia mendapatkan sebelas luka disekujur tubuhnya. Bahkan salah satu tangannya putus ditebas oleh musuh. Ia terus maju tanpa memperdulikan luka-lukanya. Ia hanya bertekad bisa berhadapan dengan musuh Allah, Musailamah Al-Kadzab. Akhirnya yang ia inginkan tercapai juga. Dilihatnya pedang anaknya, Abdullah bin Zaid dan pedang-pedang kaum muslimin meneteskan darah si nabi palsu, Musailamah. Saat itu kegembiraan telah memenuhi seluruh relung hatinya. Betapa tidak, sementara si gembong kemurkaan telah disingkirkan, sehingga tidak aka nada lagi kemurtadan di tengah masyarakat Arab.

Kabar Gembira…Surga untuknya…!   

Subhaanalloh, Ummu Ammarah menempati kedudukan yang tinggi diantara para wanita shahabiyah lainnya. Betapa tidak, sedangkan ia telah mempersembahkan segenap yang ia miliki untuk memperjuangkan Islam, demi meninggikan kalimat Allah, dan menjadikan orang-orang kafir menjadi yang paling rendah.

Keutamaannya dibidang ibadah dan kesalehan senantiasa menebarkan wangi kesturi. Kisah kepahlawanan dan jihadnya begitu menarik perhatian, mengguncang siapapun untuk mendengarkannya dengan seksama. Ia terus menerus tanpa henti menebarkan kebajikan dan kedermawanan dalam segala bidang, sampai ia menghadap kehadirat Allah dengan ridha dan diridhai.

Berita gembira dengan surga, telah ia raih ketika dimedan laga Uhud bersama segenap anggota keluarganya. Saat itu Rasulullah SAW Bersabda di tengah kecamuk perang, sementara mereka berada di sekeliling beliau, “Semoga Allah memberi rahmat kepada kalian, wahai anggota keluarga.” Maka Ummu Ammarah berkata kepada Rasulullah “Berdoalah kepada Allah agar menjadikan kami sebagai pendamping-pendamping Anda di surga kelak.” Maka Rasulullah berdoa :

“Ya Allah!Jadikanlah mereka sebagai para pendampingku di surga.”  


Subhanalloh, semoga kisah inspiratif penuh semangat dan motivasi dari Ummu Ammarah ini dapat mengembalikan dan meningkatkan semangat kita untuk tetap berjihad dan berdakwah menegakkan agama Allah SWT.. Aamin Aamiin Ya Rabb..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar