“Kamu cepat sekali berpaling…”
“Seolah-olah aku tiada harganya sama sekali…”
“Seperti kamu menemukan sebuah permata, dan kamu melempar emas yang kamu pegang agar kamu bisa mengambil permata itu…”
untaian kata yang begitu tajam menusuk hati yang sedang dipenuhi rasa bersalah. Andai saja aku bisa menjabarkan segala kegelisahan diatas kertas putih ini, akan ku ungkap segalanya yang menjadikan kerisauan dihatiku…
caraku yang kurang tepat, mungkin itulah
kesalahanku…
kurang bijaknya aku dalam menyikapi suatu
permasalahan, mungkin itulah kekuranganku..
untuk apa sebuah penyesalan kini, aku tak
mungkin mundur… jika itu aku lakukan maka akan semakin banyak yang akan
terluka...
Perkataan dan permohonanan maaf, dapat
dengan mudah dilayangkan… namun rasa kecewa tetaplah akan melekat…
“Seperti paku yang terlanjur ditancapkan didinding, jika dicabut kembali akan tetap berbekas…”
semuanya membuatku tertunduk dan seketika membuat ku melemah…bagai sebuah lilin yang menyala lambat laun terus meleleh dan kehilangan tubuhnya…
“Kamu lebih memilih menyakiti aku untuk kebahagiaan kamu…”
Semakin hancur saja hati ini, semua
perkataannya begitu tajam bagaikan peluru-peluru yang terus menerus diluncurkan
seolah takkan berhenti hingga tepat mengenai hatiku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar