“Pentingnya
Menjaga Lisan
Karena
Setiap Ucapan Akan Masuk Kedalam Catatan Amal”
Assalamu'alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh....
Puji dan syukur kehadirat Allah Rabb semesta alam, dan Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa
salam beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa berpegang teguh
pada manhajnya hingga hari kiamat. Amma Ba'du...
Sahabat Fillah, Alhamdulillah pada kesempatan ini ana akan menyampaikan kultum tentang “Pentingnya menjaga lisan” perlu kita ingat sahabat sesungguhnya setiap ucapan akan masuk dalam catatan amal, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, (artinya) :
Sahabat Fillah, Alhamdulillah pada kesempatan ini ana akan menyampaikan kultum tentang “Pentingnya menjaga lisan” perlu kita ingat sahabat sesungguhnya setiap ucapan akan masuk dalam catatan amal, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, (artinya) :
“Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS.
Qaaf : 18)
Ucapan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah yang diucapkan oleh manusia,
keturunan Adam. Ucapan tersebut dicatat oleh Malaikat yang sifatnya Raqib dan
‘Atid yaitu senantiasa dekat dan tidak pernah lepas dari seorang hamba.
Malaikat tersebut tidak akan membiarkan satu kalimat dan satu gerakan melainkan
ia akan mencatatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala (artinya) :
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada
(malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah)
dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al Infithar : 10-12)
Sahabat fillah, Allah
mengkaruniakan kita sebuah lidah, selain sebagai indera perasa dan yang utama
adalah untuk berkata, seperti yang kita ketahui bahwa lidah memang tidak
bertulang sekali kita gerakkan sulit untuk kembali pada posisi
semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul- Nya mengingatkan
kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus
menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang jelas manfaatnya.
Apabila belum jelas manfaatnya, maka ditekankan baginya agar lebih memilih
diam. Sebab ucapan yang mubah itu bisa menyeret kepada yang haram dan makruh.
Bahkan kenyataan seperti ini sangat banyak dan sering terjadi.
Sedangkan keselamatan tidak dapat dinilai dengan apapun.” (Al-Adzkar, karya
An-Nawawi, hal. 284)
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jikaseseorang hendak
berbicara, maka hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika ia yakin bahwa
ucapan itu tidak merugikannya, maka bicaralah. Jika ia yakin bahwa ucapan
tersebut mengandung muhdharat atau ia masih ragu-ragu, maka hendaklah ia
menahan (lisannya)” (Al-Adzkaar, karya An-Nawawi, 2/713-714)
Allah Subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan kita semua untuk berkata
yang benar, seperti tertulis dalam firman-Nya (artinya) :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab : 70)
Sahabat Fillah, Allah telah memerintahkan kita untuk berkata benar itu
artinya kita dilarang untuk mengatakan perkataan yang tidak benar atau suatu
kebohongan baik mengenai diri kita maupun orang lain karena kebohongan akan
menjerat kita pada dosa berkelanjutan sebab sekali kita berkata bohong kita
akan mengatakan kebohongan lainnya untuk terus berusaha menutupi kebohongan
sebelumnya.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang
tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang
lebih jauh antara timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah pun mengingatkan kita untuk tidak banyak bicara karena hal
itu akan membuat hati kita menjadi keras, sebagaimana Diriwayatkan dari
Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda (artinya):
“Janganlah memperbanyak pembicaraan selain dzikrullah Karena banyak
bicara selain dzikrullah akan membuat hati menjadi keras. Sesungguhnya manusia
yang paling jauh dari Allah adalah (yang memiliki) hati yang keras keras.” (Diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi no 2411; Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab no 4951; Malik dalam
Al-Muwatha’,II/986)
Hadits ini dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Umdatut Tafsir I/168 dan
dihasankan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Jami' Al-Ushul, XI/737.
Sahabat Fillah, dari sabda Rasulullah di atas selain melarang kita
memperbanyak pembicaraan yang tidak bermanfaat, rasulullah pun mengingatkan
kita untuk selalu berdzikir mengingat Allah karena dengan banyak mengingat
Allah kita akan terhindar dari perilaku – perilaku yang kurang manfaat seperti
halnya yang banyak terjadi di sekitar kita, kadang secara tidak sadar kita
melontarkan kata-kata yang menyinggung atau menyakitkan hati orang lain serta pembicaraan
– pembicaraan yang akhirnya menjurus pada Ghibah atau menyebutkan sesuatu yang terdapat
pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka jika hal tersebut disebutkan.
Baik mengenai jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk
lahiriahnya dan sebagainya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman : "Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya."( QS. Al Hujurat 49).
Sahabat Fillah, lidah adalah anggota badan yang benar-benar perlu untuk dijaga dan dikendalikan. Sesungguhnya lidah adalah penerjemah hati dan pengungkap isi hati. Oleh karena itulah setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan istiqomah. beliau mewasiatkan untuk menjaga lisan.
Dan lurusnya lidah itu berkaitan
dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) :
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) :
"Iman seorang hamba tidak akan
istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan
istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan tidak akan masuk Surga seseorang
yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya” (Diriwayatkan oleh
Ahmad, no. 12636 dan dihasankan oleh Syaikh Salim Al-Hilali dalam Bahjatun
Nazhirin, 3/13).
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang jelas manfaatnya. Apabila belum jelas manfaatnya, maka ditekankan baginya agar lebih memilih diam. Sebab ucapan yang mubah itu bisa menyeret kepada yang haram dan makruh.
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang jelas manfaatnya. Apabila belum jelas manfaatnya, maka ditekankan baginya agar lebih memilih diam. Sebab ucapan yang mubah itu bisa menyeret kepada yang haram dan makruh.
Bahkan kenyataan seperti ini sangat
banyak dan sering terjadi. Sedangkan keselamatan tidak dapat dinilai dengan
apapun.” (Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 284)
Intinya, penting sekali memperhatikan lisan sebelum berucap.
An-Nawawi rahimahullah menyampaikan
dalam kitabnya Riyadhush Sholihin nasehat yang amat bagus, “Ketahuilah bahwa
sepatutnya setiap orang yang telah dibebani berbagai kewajiban untuk menahan
lisannya dalam setiap ucapan kecuali ucapan yang jelas maslahatnya. Jika suatu
ucapan sama saja antara maslahat dan bahayanya, maka menahan lisan untuk tidak
berbicara ketika itu serasa lebih baik. Karena boleh saja perkataan yang
asalnya mubah beralih menjadi haram atau makruh.
Inilah yang seringkali terjadi dalam keseharian. Jalan selamat adalah kita menahan lisan dalam kondisi itu.”
Inilah yang seringkali terjadi dalam keseharian. Jalan selamat adalah kita menahan lisan dalam kondisi itu.”
Jika lisan ini benar-benar dijaga,
maka anggota tubuh lainnya pun akan baik. Karena lisan adalah interpretasi dari
apa yang ada dalam hati dan hati adalah tanda baik seluruh amalan lainnya.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Bila manusia berada di waktu pagi,
seluruh anggota badan akan patuh pada lisan. Lalu anggota badan tersebut
berkata pada lisan : Takutlah pada Allah bersama kami, kami bergantung padamu.
Bila engkau lurus kami pun akan lurus dan bila engkau bengkok (menyimpang) kami
pun akan seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 2407. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini hasan)
Hadits ini pertanda bahwa jika lisan itu baik, maka anggota tubuh lainnya pun akan ikut baik.
Hadits ini pertanda bahwa jika lisan itu baik, maka anggota tubuh lainnya pun akan ikut baik.
Sahabat fillah, Betapa pentingnya
menjaga lisan karena dengan menjaga lisan kita akan mendapatkan banyak manfaat
yaitu :
·
Akan mendapat keutamaan dalam
melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab : “(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
·
Mendapat jaminan dari Rasulullah
untuk masuk ke surga.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda dalam hadits dari Sahl
bin Sa’d (artinya) : “Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di
antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku
akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari )
·
Allah akan mengangkat derajatnya dan
memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah (artinya) :
Rasulullah bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah (artinya) :
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang
diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah
mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari )
“Sesungguhnya
seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak
menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah
mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.” (At-Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan Ahmad)
Subhanalloh, betapa mulianya orang –
orang yang dapat menjaga lisannya, oleh karena itu, marilah kita menjaganya
lisan ini dan mengunakannya dalam kebaikan, penuh doa dan harapan. Karena
segala sesuatu yang kita ucapkan, kelak akan diminta pertanggung jawabannya
dihadapan Allah subhana wa Ta'ala. Semoga Allah meneguhkan kita dalam iman,
mengampuni, merahmati, dan menjaga kita dari segala sebab keburukan. Aamiin ya
Robbal 'alamin....
Sumber :
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/setiap-ucapan-akan-masuk-catatan-amal.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar