Senin, 15 April 2013

Pentingnya Menjaga Lisan...



“Pentingnya Menjaga Lisan
Karena Setiap Ucapan Akan Masuk Kedalam Catatan Amal”

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....
Puji dan syukur kehadirat Allah Rabb semesta alam, dan Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa berpegang teguh pada manhajnya hingga hari kiamat. Amma Ba'du...
Sahabat Fillah, Alhamdulillah pada kesempatan ini ana akan menyampaikan kultum tentang “Pentingnya menjaga lisan” perlu kita ingat sahabat sesungguhnya setiap ucapan akan masuk dalam catatan amal, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, (artinya) :
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf : 18)
Ucapan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah yang diucapkan oleh manusia, keturunan Adam. Ucapan tersebut dicatat oleh Malaikat yang sifatnya Raqib dan ‘Atid yaitu senantiasa dekat dan tidak pernah lepas dari seorang hamba. Malaikat tersebut tidak akan membiarkan satu kalimat dan satu gerakan melainkan ia akan mencatatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala (artinya) :
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Infithar : 10-12)
Sahabat fillah, Allah mengkaruniakan kita sebuah lidah, selain sebagai indera perasa dan yang utama adalah untuk berkata, seperti yang kita ketahui bahwa lidah memang tidak bertulang sekali kita gerakkan sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah dan Rasul- Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang jelas manfaatnya. Apabila belum jelas manfaatnya, maka ditekankan baginya agar lebih memilih diam. Sebab ucapan yang mubah itu bisa menyeret kepada yang haram dan makruh.
Bahkan kenyataan seperti ini sangat banyak dan sering terjadi. Sedangkan keselamatan tidak dapat dinilai dengan apapun.” (Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 284)
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jikaseseorang hendak berbicara, maka hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika ia yakin bahwa ucapan itu tidak merugikannya, maka bicaralah. Jika ia yakin bahwa ucapan tersebut mengandung muhdharat atau ia masih ragu-ragu, maka hendaklah ia menahan (lisannya)” (Al-Adzkaar, karya An-Nawawi, 2/713-714)

Allah Subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan kita semua untuk berkata yang benar, seperti tertulis dalam firman-Nya (artinya) :
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab : 70)
Sahabat Fillah, Allah telah memerintahkan kita untuk berkata benar itu artinya kita dilarang untuk mengatakan perkataan yang tidak benar atau suatu kebohongan baik mengenai diri kita maupun orang lain karena kebohongan akan menjerat kita pada dosa berkelanjutan sebab sekali kita berkata bohong kita akan mengatakan kebohongan lainnya untuk terus berusaha menutupi kebohongan sebelumnya.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda (artinya) :
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah pun mengingatkan kita untuk tidak banyak bicara karena hal itu akan membuat hati kita menjadi keras, sebagaimana Diriwayatkan dari Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma ia berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya):
“Janganlah memperbanyak pembicaraan selain dzikrullah Karena banyak bicara selain dzikrullah akan membuat hati menjadi keras. Sesungguhnya manusia yang paling jauh dari Allah adalah (yang memiliki) hati yang keras keras.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no 2411; Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab no 4951; Malik dalam Al-Muwatha’,II/986)
Hadits ini dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Umdatut Tafsir I/168 dan dihasankan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Jami' Al-Ushul, XI/737.
Sahabat Fillah, dari sabda Rasulullah di atas selain melarang kita memperbanyak pembicaraan yang tidak bermanfaat, rasulullah pun mengingatkan kita untuk selalu berdzikir mengingat Allah karena dengan banyak mengingat Allah kita akan terhindar dari perilaku – perilaku yang kurang manfaat seperti halnya yang banyak terjadi di sekitar kita, kadang secara tidak sadar kita melontarkan kata-kata yang menyinggung atau menyakitkan hati orang lain serta pembicaraan – pembicaraan yang akhirnya menjurus pada Ghibah atau menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka jika hal tersebut disebutkan. Baik mengenai jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriahnya dan sebagainya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman : "Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya."( QS. Al Hujurat 49).

Sahabat Fillah, lidah adalah anggota badan yang benar-benar perlu untuk dijaga dan dikendalikan. Sesungguhnya lidah adalah penerjemah hati dan pengungkap isi hati. Oleh karena itulah setelah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan istiqomah. beliau mewasiatkan untuk menjaga lisan.
Dan lurusnya lidah itu berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya) :
"Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan tidak akan masuk Surga seseorang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya” (Diriwayatkan oleh Ahmad, no. 12636 dan dihasankan oleh Syaikh Salim Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin, 3/13).

An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang jelas manfaatnya. Apabila belum jelas manfaatnya, maka ditekankan baginya agar lebih memilih diam. Sebab ucapan yang mubah itu bisa menyeret kepada yang haram dan makruh.
Bahkan kenyataan seperti ini sangat banyak dan sering terjadi. Sedangkan keselamatan tidak dapat dinilai dengan apapun.” (Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 284)

Intinya, penting sekali memperhatikan lisan sebelum berucap.
An-Nawawi rahimahullah menyampaikan dalam kitabnya Riyadhush Sholihin nasehat yang amat bagus, “Ketahuilah bahwa sepatutnya setiap orang yang telah dibebani berbagai kewajiban untuk menahan lisannya dalam setiap ucapan kecuali ucapan yang jelas maslahatnya. Jika suatu ucapan sama saja antara maslahat dan bahayanya, maka menahan lisan untuk tidak berbicara ketika itu serasa lebih baik. Karena boleh saja perkataan yang asalnya mubah beralih menjadi haram atau makruh.
Inilah yang seringkali terjadi dalam keseharian. Jalan selamat adalah kita menahan lisan dalam kondisi itu.”
Jika lisan ini benar-benar dijaga, maka anggota tubuh lainnya pun akan baik. Karena lisan adalah interpretasi dari apa yang ada dalam hati dan hati adalah tanda baik seluruh amalan lainnya.
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Bila manusia berada di waktu pagi, seluruh anggota badan akan patuh pada lisan. Lalu anggota badan tersebut berkata pada lisan : Takutlah pada Allah bersama kami, kami bergantung padamu. Bila engkau lurus kami pun akan lurus dan bila engkau bengkok (menyimpang) kami pun akan seperti itu.” (HR. Tirmidzi no. 2407. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Hadits ini pertanda bahwa jika lisan itu baik, maka anggota tubuh lainnya pun akan ikut baik.

Sahabat fillah, Betapa pentingnya menjaga lisan karena dengan menjaga lisan kita akan mendapatkan banyak manfaat yaitu :
·         Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab : “(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
·         Mendapat jaminan dari Rasulullah untuk masuk ke surga.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda dalam hadits dari Sahl bin Sa’d (artinya) : “Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. Al-Bukhari )
·         Allah akan mengangkat derajatnya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah bersabda dalam hadits dari Abu Hurairah (artinya) :
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. Al-Bukhari )
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.” (At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Subhanalloh, betapa mulianya orang – orang yang dapat menjaga lisannya, oleh karena itu, marilah kita menjaganya lisan ini dan mengunakannya dalam kebaikan, penuh doa dan harapan. Karena segala sesuatu yang kita ucapkan, kelak akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan Allah subhana wa Ta'ala. Semoga Allah meneguhkan kita dalam iman, mengampuni, merahmati, dan menjaga kita dari segala sebab keburukan. Aamiin ya Robbal 'alamin....




Sumber : http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/setiap-ucapan-akan-masuk-catatan-amal.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar