Senin, 23 Desember 2013

Apa jawaban yang baik jika anak bertanya tentang Allah?




Utamanya pada masa emas 0-5 tahun, anak-anak menjalani hidup mereka dengan sebuah potensi menakjubkan, yaitu rasa ingin tahu yang besar. Seiring dengan waktu, potensi ini terus berkembang (Mudah-mudahan potensi ini tidak berakhir ketika dewasa dan malah berubah menjadi pribadi-pribadi "tak mau tahu" alias ignoran, hehehe). Nah, momen paling krusial yang akan dihadapi para orang tua adalah ketika anak bertanya tentang ALLAH . Berhati-hatilah dalam memberikan jawaban atas pertanyaan maha penting ini. Salah sedikit saja, bisa berarti kita menanam benih kesyirikan dalam diri buah hati kita. Nauzubillahi min zalik, ya...

Berikut ini saya ketengahkan beberapa pertanyaan yang biasa anak-anak tanyakan pada orang tuanya:

Tanya 1: "Bu, Allah itu apa sih?"
Tanya 2: "Bu, bentuk Allahitu seperti apa?"
Tanya 3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?
Tanya 4: "Bu, Allah itu ada di mana?
Tanya 5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"

Tanya 1: "Bu, Allah itu apa sih?

Jawablah :

"Nak, Allah itu Yang Menciptakan segala-galanya. Langit, bumi, laut, sungai, batu, kucing, cicak, kodok, burung, semuanya, termasuk menciptakan nenek, kakek, ayah, ibu, juga kamu." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Tanya 2: "Bu, bentuk Allah itu seperti apa?"

Jangan jawab begini :

"Bentuk Allah itu seperti anu ..ini..atau itu...." karena jawaban seperti itu pasti salah dan menyesatkan.

Jawablah begini :

"Adek tahu 'kan, bentuk sungai, batu, kucing, kambing,..semuanya.. nah, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa pun yang pernah kamu lihat. Sebut saja bentuk apa pun, bentuk Allah itu tidak sama dengan apa yang akan kamu sebutkan." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

فَاطِرُ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ أَزۡوَٲجً۬ا‌ۖ يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِ‌ۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَىۡءٌ۬‌ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ (١١)

[Dia] Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan [pula], dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. Asy-Syura:11)

Tanya 3: "Bu, kenapa kita gak bisa lihat Allah?

Jangan jawab begini :

Karena Allah itu gaib, artinya barang atau sesuatu yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Jawaban bahwa Allah itu gaib (semata), jelas bertentangan dengan ayat berikut ini.

Dialah Yang Awal dan Yang Akhir; Yang Zahir dan Yang Batin ; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Hadid (57) : 3]

Dikhawatirkan, imajinasi anak yang masih polos akan mempersamakan gaibnya Allah dengan hantu, jin, malaikat, bahkan peri dalam cerita dongeng. Bahwa dalam ilmu Tauhid dinyatakan bahwa Allah itu nyata senyata-nyatanya; lebih nyata daripada yang nyata, sudah tidak terbantahkan.

Apalagi jika kita menggunakan diksi (pilihan kata) "barang" dan "sesuatu" yang ditujukan pada Allah. Bukankah sudah jelas dalil Surat Asy-Syura di atas bahwa Allah itu laysa kamitslihi syai'un; Allah itu bukan sesuatu; tidak sama dengan sesuatu; melainkan Pencipta segala sesuatu.

Meskipun segala sesuatu berasal dari Zat-Sifat-Asma (Nama)-dan Af'al (Perbuatan) Allah, tetapi Diri Pribadi Allah itu tidak ber-Zat, tidak ber-Sifat, tidak ber-Asma, tidak ber-Af'al. Diri Pribadi Allah itu tidak ada yang tahu, bahkan Nabi Muhammad Saw. sekali pun. Hanya Allah yang tahu Diri Pribadi-Nya Sendiri dan tidak akan terungkap sampai akhir zaman di dunia dan di akhirat.

[Muhammad melihat Jibril] ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu Yang Meliputinya. Penglihatannya [Muhammad] tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak [pula] melampaui-Nya. (Q.S. An-Najm: 16-17) {ini tafsir dari seorang arif billah, bukan dari saya pribadi. Allahua'lam}

Jawablah begini :

"Mengapa kita tidak bisa melihat Allah?"

Bisa kita jawab dengan balik bertanya padanya (sambil melatih adik comel berpikir retoris )

"Adik bisakah nampak matahari yang terang itu langsung? Tidak 'kan..karena mata kita bisa jadi buta. Nah,melihat matahari aja kita tak sanggup. Jadi,Bagimana kita mau melihat Pencipta matahari itu. Iya 'kan?!"

Atau bisa juga beri jawaban :

Adek, lihat langit yang luas dan 'besar' itu 'kan? Yang kita lihat itu baru secuil dari bentuk langit yang sebenarnya. Adek gak bisa lihat ujung langit 'kan?! Nah, kita juga gak bisa melihat Allah karena Allah itu Pencipta langit yang besar dan luas tadi. Itulah maksud kata Allahu Akbar waktu kita salat. Allah Mahabesar.

Bisa juga dengan simulasi sederhana seperti pernah saya ungkap di postingan "Melihat Tuhan".

Silakan hadapkan bawah telapak tangan Adek ke arah wajah. Bisa terlihat garis-garis tangan Adek 'kan? Nah, kini dekatkan tangan sedekat-dekatnya ke mata Adek. Masih terlihat jelaskah jemari Sobat setelah itu?

Kesimpulannya, kita tidak bisa melihat Allah karena Allah itu Mahabesar dan teramat dekat dengan kita. Meskipun demikian, tetapkan Allah itu ADA. "Dekat tidak bersekutu, jauh tidak ber-antara."

Tanya 4: "Bu, Allah itu ada di mana ?

Jangan jawab begini :

"Nak, Allah itu ada di atas..di langit..atau di surga atau di Arsy."
Jawaban seperti ini menyesatkan logika anak karena di luar angkasa tidak ada arah mata angin atas-bawah-kiri-kanan-depan-belakang. Lalu jika Allah ada di langit, apakah di bumi Allah tidak ada? Jika dikatakan di surga, berarti lebih besar surga daripada Allah...berarti prinsip Allahu Akbar itu bohong? [baca juga Ukuran Allahu Akbar]

Dia bersemayam di atas ’Arsy. <-- Ayat ini adalah ayat mutasyabihat, yaitu ayat yang wajib dibelokkan tafsirnya. Kalau dalam pelajaran bahasa Indonesia, kita mengenal makna denotatif dan konotatif, nah.. ayat mutasyabihat ini tergolong makna yang konotatif.

Juga jangan jawab begini :

"Nak, Allah itu ada di mana-mana."

Dikhawatirkan anak akan otomatis berpikiran Allah itu banyak dan terbagi-bagi, seperti para freemason atau politeis Yunani Kuno.

Jawablah begini :

"Nak, Allah itu dekat dengan kita. Allah itu selalu ada di hati setiap orang yang saleh, termasuk di hati kamu, Sayang. Jadi, Allah selalu ada bersamamu di mana pun kamu berada."

"Qalbun mukmin baitullah", 'Hati seorang mukmin itu istana Allah." (Hadis)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 186)

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.(Q.S. Al-Hadiid: 4)

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 115)

Allah sering lho bicara sama kita.. misalnya, kalau kamu teringat untuk bantu Ibu dan Ayah, tidak berantem sama kakak, adek atau teman, tidak malas belajar, tidak susah disuruh makan,..nah, itulah bisikan Allah untukmu, Sayang." (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 213)

Tanya 5: "Bu, kenapa kita harus nyembah Allah?"

Jangan jawab begini :

"Karena kalau kamu tidak menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke neraka. Kalau kamu menyembah Allah, kamu akan dimasukkan ke surga."

Jawaban seperti ini akan membentuk paradigma (pola pikir) pamrih dalam beribadah kepada Allah bahkan menjadi benih syirik halus (khafi). Hal ini juga yang menyebabkan banyak orang menjadi ateis karena menurut akal mereka,"Masak sama Allah kayak dagang aja! Yang namanya Allah itu berarti butuh penyembahan! Allah kayak anak kecil aja, kalau diturutin maunya, surga; kalau gak diturutin, neraka!!"

"Orang yang menyembah surga, ia mendambakan kenikmatannya, bukan mengharap Penciptanya. Orang yang menyembah neraka, ia takut kepada neraka, bukan takut kepada Penciptanya." (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani)

Jawablah begini :

"Nak, kita menyembah Allah sebagai wujud bersyukur karena Allah telah memberikan banyak kebaikan dan kemudahan buat kita. Contohnya, Adek sekarang bisa bernapas menghirup udara bebas, gratis lagi.. kalau mesti bayar, 'kan Ayah sama Ibu gak akan bisa bayar. Di sungai banyak ikan yang bisa kita pancing untuk makan, atau untuk dijadikan ikan hias di akuarium. Semua untuk kesenangan kita.

Kalau Adek gak nyembah Allah, Adek yang rugi, bukan Allah. Misalnya, kalau Adek gak nurut sama ibu-bapak guru di sekolah, Adek sendiri yang rugi, nilai Adek jadi jelek. Isi rapor jadi kebakaran semua. Ibu-bapak guru tetap saja guru, biar pun kamu dan teman-temanmu gak nurut sama ibu-bapak guru. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya [tidak memerlukan sesuatu] dari semesta alam. (Q.S. Al-Ankabut: 6)

Katakan juga pada anak:

"Adek mulai sekarang harus belajar cinta sama Allah, lebih daripada cinta sama Ayah-Ibu, ya?! (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis)

"Kenapa, Bu ?"

"Karena suatu hari Ayah sama Ibu bisa meninggal dunia, sedangkan Allah tidak pernah mati. Nah, kalau suatu hari Ayah atau Ibu meninggal, kamu tidak boleh merasa kesepian karena Allah selalu ada untuk kamu. Nanti, Allah juga akan mendatangkan orang-orang baik yang sayang sama Adek seperti sayangnya Ayah sama Ibu. Misalnya, Paman, Bibi, atau para tetangga yang baik hati, juga teman-temanmu."

Dan mulai sekarang rajin-rajin belajar Iqra supaya nanti bisa mengaji Quran. Mengaji Quran artinya kita berbicara sama Allah. (Ucapkan dengan menatap mata anak sambil tersenyum manis).

Allahua'lam.

sumber asli : Jika Anak Bertanya tentang Tuhan | Muxlimo's


Kata-katamu...

“Kamu cepat sekali berpaling…”

“Seolah-olah aku tiada harganya sama sekali…”

“Seperti kamu menemukan sebuah  permata, dan kamu melempar emas yang kamu pegang agar kamu bisa mengambil permata itu…”

untaian kata yang begitu tajam menusuk hati yang sedang dipenuhi rasa bersalah. Andai saja aku bisa menjabarkan segala kegelisahan diatas kertas putih ini, akan ku ungkap segalanya yang menjadikan kerisauan dihatiku…
caraku yang kurang tepat, mungkin itulah kesalahanku…
kurang bijaknya aku dalam menyikapi suatu permasalahan, mungkin itulah kekuranganku..
untuk apa sebuah penyesalan kini, aku tak mungkin mundur… jika itu aku lakukan maka akan semakin banyak yang akan terluka...
Perkataan dan permohonanan maaf, dapat dengan mudah dilayangkan… namun rasa kecewa tetaplah akan melekat…

“Seperti paku yang terlanjur ditancapkan didinding, jika dicabut kembali akan tetap berbekas…”

semuanya membuatku tertunduk dan seketika membuat ku melemah…bagai sebuah lilin yang menyala lambat laun terus meleleh dan kehilangan tubuhnya…

“Kamu lebih memilih menyakiti aku untuk kebahagiaan kamu…”

Semakin hancur saja hati ini, semua perkataannya begitu tajam bagaikan peluru-peluru yang terus menerus diluncurkan seolah takkan berhenti hingga tepat mengenai hatiku..

Keperkasaan Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab di Medan Perang


Berawal dari buku yang sebenarnya sudah cukup lama menghiasi rak buku di kamarku, namun belum tuntas jua aku melahapnya, karena berbagai alasan klasik yang biasa aku pakai… J. Sejak kemarin, aku libur kuliah + libur kerja = banyak waktu luang. waktu luang ini sudah aku fokuskan Insya Alloh untuk meningkatkan amal yaumiyah, menyelesaikan Laporan KKPku dan membaca buku-buku yang belum tuntas aku baca… J

Kemarin, berhasillah.. aku melahap buku pemberian dari seseorang, yang semoga selalu di Rahmati Alloh SWT “Aamiin…” yang berjudul “Be a Great Wife” karya Isham bin Muhammad asy-Syarif. Buku ini sungguh luar biasa, memberikan motivasi dan pencerahan untuk kelak menjadi seorang Istri sholehah yang senantiasa di Ridhoi Alloh SWT. Tetapi dalam kesempatan ini aku tidak membahas isi tentang buku itu, namun masih berhubungan dengan dunia Wanita.

Membaca dan melihat judul tulisanku di atas sana,membuat hati ini bergetar penuh semangat seolah menyaksikan semangat Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab ketika berada di medan perang… Ya…. Medan Perang… Ummu Ammarah adalah seorang shahabiyah dan mujahidah sejati yang tangguh dan perkasa yang senantiasa membela Rasulullah SAW menghadapi kaum Musyrikin dalam beberapa peperangan.

Di dalam buku yang baru saja aku baca ini, karangan Syaikh Ahmad Khalil Jum’ah yang berjudul “Wanita Wanita Mulia yang Dijamin Surga” telah memotivasiku untuk dapat berbagi, menceritakan (meskipun tidak menceritakan secara keseluruhan) salah satu kisah  wanita dari 10 wanita  yang dijamin masuk surga yang ditulis oleh Syaikh Ahmad Khalil Jum’ah ini.

Dan alasan kenapa aku memilih menceritakan Kisah Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab yaitu sebagaimana yang telah aku tuliskan sebelumnya yaitu karena Ummu Ammarah adalah seorang shahabiyah dan mujahidah sejati yang tangguh dan perkasa yang senantiasa membela Rasulullah SAW menghadapi kaum Musyrikin dalam beberapa peperangan.

Siapakah Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab itu???

Ummu Ammarah adalah sosok Ibu teladan serta penyayang, sosok istri yang setia, seorang pelopor kaum beriman, seorang pahlawan yang bertempur dengan gagah berani demi membela keselamatan nyawa Rasulullah SAW, sosok wanita tekun yang tak pernah lelah beribadah, seorang perawi hadist yang sangat kuat hafalannya, dialah wanita yang memiliki seluruh sifat keutamaan.

Ummu Ammarah Nasibah binti Ka’ab Al-Maziniah Al-Najjiriah adalah salah satu dari dua wanita dari kaum Anshar yang hadir dan mengikuti bai’at Aqabah Kedua dan wanita yang satu lagi adalah Ummu Mani’ Asma binti Amru bin ‘Adi Al-Sulaimah.

Ummu Ammarah menikah dengan Zaid bin ‘Ashim Al-Mazini Al-Najjiriah, dan dikaruniai dua putera yang diberi nama Abdullah dan Habib. Setelah suaminya meninggal, Ummu Ammarah dinikahi oleh Ghaziyah bin Amru Al-Mazini Al-Najjiriah dan darinya dikaruniai puteri bernama Khaula.

Pertempuran – pertempuran apa saja yang diikuti Ummu Ammarah??

Shahabiyah yang mulia Ummu Ammarah turut serta dalam banyak pertempuran bersama Rasulullah SAW yaitu pertempuran pada malam Bai’at Aqabah, perang Uhud, peristiwa Hudaibiyah, perang Khaibar, peristiwa Umrah Al-Qadha, perang penaklukkan Makkah, dan perang Hunain. ia juga turut serta dalam perang melawan kaum murtad di Yamamah membasmi kekuatan Musailamah Al-Kadzab dan pasukannya.

Dalam berbagai pertempuran ini, Ummu Ammarah menunjukan sikap kepahlawanan yang cemerlang, dari satu medan laga ke medan laga lainnya. Dalam sejarah islam ia tercatat sebagai wanita yang pertama kali ikut serta bertempur dalam medan pertempuran.

Keperkasaan dan Kepahlawanan Ummu Ammarah di medan Uhud!

Dalam perang Uhud, Nampak keluar sebuah keluarga yang beriman; Ummu Ammarah, kedua anaknya Abdullah dan Habib serta suaminya Ghaziyah bin Amru, suami dan kedua puteranya bertempur dengan ganas, sementara Ummu Ammarah menganguti air minum bagi prajurit muslim dan mengobati prajurit yang terluka. Namun situasi pertempuran yang semakin memburuk memaksanya untuk turut serta memanggul senjata melawan kaum musyrik dan menunjukan sikap kepahlawanan demi membela keselamatan Rasulullah SAW, tanpa sedikitpun merasa segan dan gentar. Itu terjadi saat pasukan kamu muslimin telah kocar-kacir, akibat gempuran dasyat yang mereka alami pada hari itu. Dalam kondisi yang sangat genting ini, Ummu Ammarah segera menghunus pedang dan mengangkat perisai, berjalan dengan mantap mendekati Rasulullah SAW untuk melindungi beliau.

Dalam duel maut ini, salah seorang pasukan berkuda kaum musyrik, menemui ajalnya ditangan Ummu Ammarah. Berikut Ummu Ammarah mengisahkan :
“Seorang penunggang kuda datang ke arahku dan membabatkan pedangnya beberapa kali, namun aku selalu berhasil menangkisnya sehingga ia tidak mampu berbuat banyak. Ketika kudanya berbalik, aku pukulkan pedangku kearah betis kudanya sehingga ia terjungkal dari kudanya. Melihat hal itu Rasulullah SAW segera berteriak, “Hai anak Ummu Ammarah! Bantulah Ibumu! Bantulah Ibumu!” Anak saya segera datang membantu, hingga akhirnya si penunggang kuda itu menemui ajalnya.”

Sekali lagi, Ummu Ammarah masih bertempur dengan hebat disekeliling Rasulullah SAW. Darah terlihat mengucur deras dari pundaknya, namun ia tidak memeperdulikannya. Ia terus bertempur dan bertempur sehingga akhirnya mendapat doa rahmat dari Rasulullah SAW. Abdullah bin Zaid (Putera Ummu Ammarah) mengisahkan : “Ketika Rasulullah SAW melihat darah mengucur deras dari pundak Ibuku. Maka Beliau (Rasulullah SAW) bersabda, “Tolonglah ibumu! Tolonglah ibumu! Balutlah lukanya! Semoga Allah mearhamati seluruh anggota keluarga kalian. Sesungguhnya bapak tiri kalian – suami ibuku, Ghaziyah bin Amru – adalah lebih baik dari kedudukan fulan dan fulan. Semoga Allah merahmati seluruh anggota keluarga kalian.” Setelah itu Rasululah SAW mendoakan keluarga ini agar menjadi pendamping beliau di syurga.

Kepahlawanan Ummu Ammarah dalam perang Hunain!  

Ummu Ammarah menunukan sikap kepahlawanan nan cemerlang dalam perang Hunain, yang tidak kalah indah dengan kepahlawanannya di medan laga Uhud. Patut kita catat bahwa dalam kedua peperangan ini,Ummu Ammarah telah mencurahkan keperkasaannya, bahkan ia membunuh seorang musyrik dengan pedangnya.

Perang ini merupakan peperangan terakhir Ummu Ammarah bersama Rasulullah SAW. Meski demikian kecintaannya tetap bersemayam dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Kita akan melihat  sebagiannya dalam kisah peperangan Yamamah, insya Allah….

Wanita Pahlawan Yamamah!

Ummu Ammarah mendatangi Khalifah Abu Bakar Al-Shidiq dan meminta izin kepadanya untuk diperbolehkan menyertai pasukan yang bergerak kearah Yamamah untuk memerangi nabi palsu, Musailamah Al-Kadzab.

Sebelumnya Habib bin Zaid (Putera Ummu Ammarah) telah syahid ketika ia diutus oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan surat teguran kepada Musailamah yang mengaku-ngaku sebagai nabi.

Namun Musailamah tidak menghormati hak-hak seorang utusan. Ia justru menangkap dan menahan Habib bin Zaid. Disinilah Habib bin Zaid syahid karena ketika Musailamah berkali-kali bertanya “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?” Habib senantiasa menjawab dengan lantang “Ya.”

Namun setiap kali Musailamah menanyakan, “Apakah engkau bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?” Ia menjawab,”Saya tuli, tidak bisa mendengar.” Ia melakukan hal itu berulang kali sehingga meledaklah kemarah Musailamah. Musailamah memotong-motong anggota tubuh Habib bin Zaid satu persatu. Maka Habib pun gugur sebagai syahid Ruhnya naik menghadap Allah dalam keadaan ridha dan diridhai.

Ketika berita itu sampai kepada Ummu Ammarah, Ia pun bersumpah untuk berperang melawan Musailamah sampai berhasil membunuhnya, atau ia sendiri yang akan terbunuh. Ia ridha dengan ketentuan Allah SWT dan menanggung kesedihannya dengan penuh kesabaran. Ia telah bertekad untuk mempersembahkan nyawanya, anak-anaknya dan segala apa yang ia miliki kepada Allah SWT, agar ia bisa meraih syurga yang penuh dengan kenikamatan.

Ummu Ammarah pun berangkat bersama pasukan islam untuk kembali menorehkan peranan nan cemerlang sebagaimana yang telah berkali-kali ia tunjukan sebelumnya. Ia begegas untuk memenuhi sumpahnya, bukan semata untuk menuntut balas atas kematian putranya karena ia telah melepaskan kepergian puteranya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Adapun Ummu Ammarah bergegas adalah demi turut serta mencabut virus kemurtadan sampai ke akar-akarnya.

Satuhal yang patut disebutkan di sini, bahwa usianya saat itu telah melebihi 60 tahun. Uban telah memenuhi kepalanya. Meski demikian ia tetap menyimpan bara semangat yang menyala, iman memenuhi dadanya. Tulang-tulangnya yang rapuh tidak melemahkan tekadnya sedikitpun juga.

Di medan Yamamah ia berperang dengan perwira. Ia mendapatkan sebelas luka disekujur tubuhnya. Bahkan salah satu tangannya putus ditebas oleh musuh. Ia terus maju tanpa memperdulikan luka-lukanya. Ia hanya bertekad bisa berhadapan dengan musuh Allah, Musailamah Al-Kadzab. Akhirnya yang ia inginkan tercapai juga. Dilihatnya pedang anaknya, Abdullah bin Zaid dan pedang-pedang kaum muslimin meneteskan darah si nabi palsu, Musailamah. Saat itu kegembiraan telah memenuhi seluruh relung hatinya. Betapa tidak, sementara si gembong kemurkaan telah disingkirkan, sehingga tidak aka nada lagi kemurtadan di tengah masyarakat Arab.

Kabar Gembira…Surga untuknya…!   

Subhaanalloh, Ummu Ammarah menempati kedudukan yang tinggi diantara para wanita shahabiyah lainnya. Betapa tidak, sedangkan ia telah mempersembahkan segenap yang ia miliki untuk memperjuangkan Islam, demi meninggikan kalimat Allah, dan menjadikan orang-orang kafir menjadi yang paling rendah.

Keutamaannya dibidang ibadah dan kesalehan senantiasa menebarkan wangi kesturi. Kisah kepahlawanan dan jihadnya begitu menarik perhatian, mengguncang siapapun untuk mendengarkannya dengan seksama. Ia terus menerus tanpa henti menebarkan kebajikan dan kedermawanan dalam segala bidang, sampai ia menghadap kehadirat Allah dengan ridha dan diridhai.

Berita gembira dengan surga, telah ia raih ketika dimedan laga Uhud bersama segenap anggota keluarganya. Saat itu Rasulullah SAW Bersabda di tengah kecamuk perang, sementara mereka berada di sekeliling beliau, “Semoga Allah memberi rahmat kepada kalian, wahai anggota keluarga.” Maka Ummu Ammarah berkata kepada Rasulullah “Berdoalah kepada Allah agar menjadikan kami sebagai pendamping-pendamping Anda di surga kelak.” Maka Rasulullah berdoa :

“Ya Allah!Jadikanlah mereka sebagai para pendampingku di surga.”  


Subhanalloh, semoga kisah inspiratif penuh semangat dan motivasi dari Ummu Ammarah ini dapat mengembalikan dan meningkatkan semangat kita untuk tetap berjihad dan berdakwah menegakkan agama Allah SWT.. Aamin Aamiin Ya Rabb..

Sabtu, 07 September 2013

Success and Inspiring Housewife

Salam kenal, saya Ahimsa, seorang mahasiswa 21 tahun, yang bercita-cita untuk menjadi Ibu rumah tangga (walaupun sekarang belum menikah, hehe). Untuk teman-teman yang punya cita-cita yang sama dan untuk siapapun calon Ibu serta para Ibu, saya punya cerita inspiratif dari seorang ibu rumah tangga. Berikut saya repost catatan saya dari blog http://azaleav.wordpress.com/2013/08/01/inspirative-housewife-story/ . Semoga bermanfaat dan mohon kritik sarannya.

Tiga anaknya tidak sekolah di sekolah formal layaknya anak-anak pada umumnya. Tapi ketiganya mampu menjadi anak-anak teladan, dua di antaranya sudah kuliah di luar negeri di usia yang masih seangat muda. Saya cuma berdecak gemetar mendengarnya. Bagaimana bisa?

Minggu (21/ 7) lalu, saya mengikuti acara Forum Indonesia Muda (FIM) Ramadhan yang diadakan di UNPAD. Niat awalnya mau nabung ilmu dan inspirasi sebelum pulang kampung, selain juga memang karena pengisi acaranya inspiring. Eh, pembicara yang paling saya tunggu ternyata berhalangan hadir. But, that’s not the point. Semua pembicara yang hadir memang sangat inspiring, tapi saya benar-benar dikejutkan di sesi terakhir. Tentang parenting. Awalnya saya pikir sesi ini mau membicarakan apa gitu. Do you know actually? It talks about a success and inspiring housewife. Saya langsung melek. Lupa lapar. Like my dream becomes closer. Saya mencari seminar yang membahas tentang keiburumahtanggaan. Nggak tahunya nemu di sana. Lihatlah daftar mimpi besar saya nomor 1-4. Rasanya terbahas semua sore itu. (No offense nomor 2, gue juga kagak tahu kalau urusan itu  ) Baiklah, mukadimah ini akan terlalu panjang kalau saya lanjutkan.

Namanya Ibu Septi Peni Wulandani. Kalau kalian search nama ini di google, kalian akan tahu bahwa Ibu ini dikenal sebagai Kartini masa kini. Bukan, dia bukan seorang pejuang emansipasi wanita yang mengejar kesetaraan gender lalala itu. Bukan.

Beliau seorang ibu rumah tangga profesional, penemu model hitung jaritmatika, juga seorang wanita yang amat peduli pada nasib ibu-ibu di Indonesia. Seorang wanita yang ingin mengajak wanita Indonesia kembali ke fitrahnya sebagai wanita seutuhnya. Dalam sesi itu, beliau bercerita kiprahnya sebagai ibu rumah tangga yang mendidik tiga anaknya dengan cara yang bahasa kerennya anti mainstream.It’s like I’m watching 3 Idiots. But this is not a film. This is a real story from Salatiga, Indonesia.
Semuanya berawal saat beliau memutuskan untuk menikah. Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa pernikahan adalah peristiwa peradaban, untuk kisah Ibu Septi, pepatah itu tepat sekali. Di usianya yang masih 20 tahun, Ibu Septi sudah lulus dan mendapat SK sebagai PNS. Di saat yang bersamaan, beliau dilamar oleh seseorang. Beliau memilih untuk menikah, menerima lamaran tersebut. Namun sang calon suami mengajukan persyaratan: beliau ingin yang mendidik anak-anaknya kelak hanyalah ibu kandungnya. Artinya? Beliau ingin istrinya menjadi seorang ibu rumah tangga. Harapan untuk menjadi PNS itu pun pupus. Beliau tidak mengambilnya. Ibu Septi memilih menjadi ibu rumah tangga. Baru sampai cerita ini saja saya sudah gemeteran.

Akhirnya beliaupun menikah. Pernikahan yang unik. Sepasang suami istri ini sepakat untuk menutup semua gelar yang mereka dapat ketika kuliah. Aksi ini sempat diprotes oleh orang tua, bahkan di undangan pernikahan mereka pun tidak ada tambahan titel/ gelar di sebelah nama mereka. Keduanya sepakat bahwa setelah menikah mereka akan memulai kuliah di universitas kehidupan. Mereka akan belajar dari mana saja. Pasangan ini bahkan sering ikut berbagai kuliah umum di berbagai kampus untuk mencari ilmu. Gelar yang mereka kejar adalah gelar almarhum dan almarhumah. Subhanallah. Tentu saja tujuan mereka adalahkhusnul khatimah. Sampai di sini, sudah kebayang kan bahwa pasangan ini akan mencipta keluarga yang keren?

Ya, keluarga ini makin keren ketika sudah ada anak-anak hadir melengkapi kehidupan keluarga. Dalam mendidik anak, Ibu Septi menceritakan salah satu prinsip dalam parenting adalah demokratis, merdekakan apa keinginan anak-anak. Begitupun untuk urusan sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan alternatif terbaik lalu biarkan anak yang memilih. Ibu Septi memberikan beberapa pilihan sekolah untuk anaknya: mau sekolah favorit A? Sekolah alam? Sekolah bla bla bla. Atau tidak sekolah? Dan wow, anak-anaknya memilih untuk tidak sekolah. Tidak sekolah bukan berarti tidak mencari ilmu kan? Ibu Septi dan keluarga punya prinsip: Selama Allah dan Rasul tidak marah, berarti boleh. Yang diperintahkan Allah dan Rasul adalah agar manusia mencari ilmu. Mencari ilmu tidak melulu melalui sekolah kan? Uniknya, setiap anak harus punya project yang harus dijalani sejak usia 9 tahun. Dan hasilnya?

Enes, anak pertama. Ia begitu peduli terhadap lingkungan, punya banyak project peduli lingkungan, memperoleh penghargaan dari Ashoka, masuk koran berkali-kali. Saat ini usianya 17 tahun dan sedang menyelesaikan studi S1nya di Singapura. Ia kuliah setelah SMP, tanpa ijazah. Modal presentasi. Ia kuliah dengan biaya sendiri bermodal menjadi seorang financial analyst. Bla bla bla banyak lagi. Keren banget. Saat kuliah di tahun pertama ia sempat minta dibiayai orang tua, namun ia berjanji akan menggantinya dengan sebuah perusahaan. Subhanallah. Uang dari orang tuanya tidak ia gunakan, ia memilih menjual makanan door to door sambil mengajar anak-anak untuk membiayai kuliahnya.

Ara, anak ke-2. Ia sangat suka minum susu dan tidak bisa hidup tanpa susu. Karena itu, ia kemudian berternak sapi. Pada usianya yang masih 10 tahun, Ara sudah menjadi pebisnis sapi yang mengelola lebih dari 5000 sapi. Bisnisnya ini konon turut membangun suatu desa. WOW! Sepuluh tahun gue masih ngapain? Dan setelah kemarin kepo, Ara ternyata saat ini juga tengah kuliah di Singapura menyusul sang kakak.

Elan, si bungsu pecinta robot. Usianya masih amat belia. Ia menciptakan robot dari sampah. Ia percaya bahwa anak-anak Indonesia sebenarnya bisa membuat robotnya sendiri dan bisa menjadi kreatif. Saat ini, ia tengah mencari investor dan terus berkampanye untuk inovasi robotnya yang terbuat dari sampah. Keren!
Saya cuma menunduk, what I’ve done until my 20? :0 Banyak juga peserta yang lalu bertanya, “kenapa cuma 3, Bu?” hehe.

Dari cerita Ibu Septi sore itu, saya menyimpulkan beberapa rahasia kecil yang dimiliki keluarga ini, yaitu:

1. Anak-anak adalah jiwa yang merdeka, bersikap demokratis kepada mereka adalah suatu keniscayaan

2. Anak-anak sudah diajarkan tanggung jawab dan praktek nyata sejak kecil melalui project. Seperti yang saya bilang tadi, di usia 9 tahun, anak-anak Ibu Septi sudah diwajibkan untuk punya project yang wajib dilaksanakan. Mereka wajib presentasi kepada orang tua setiap minggu tentang project tersebut.

3. Meja makan adalah sarana untuk diskusi. Di sana mereka akan membicarakan tentang ‘kami’, tentang mereka saja, seperti sudah sukses apa? Mau sukses apa? Kesalahan apa yang dilakukan? Oh ya, keluarga ini juga punya prinsip, “kita boleh salah, yang tidak boleh itu adalah tidak belajar dari kesalahan tersebut”. Bahkan mereka punya waktu untuk merayakan kesalahan yang disebut dengan “false celebration”.

4. Rasulullah SAW sebagai role model. Kisah-kisah Rasul diulas. Pada usia sekian Rasul sudah bisa begini, maka di usia sekian berarti kita juga harus begitu. Karena alasan ini pula Enes memutuskan untuk kuliah di Singapura, ia ingin hijrah seperti yang dicontohkan Rasulullah. Ia ingin pergi ke suatu tempat di mana ia tidak dikenal sebagai anak dari orang tuanya yang memang sudah terkenal hebat.

5. Mempunyai vision board dan vision talk. Mereka punya gulungan mimpi yang dibawa ke mana-mana. Dalam setiap kesempatan bertemu dengan orang-orang hebat, mereka akan share mimpi-mimpi mereka. Prinsip mimpi: Dream it, share it, do it, grow it!

6. Selalu ditanamkan bahwa belajar itu untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari nilai

7. Mereka punya prinsip harus jadi entrepreneur. Bahkan sang ayah pun keluar dari pekerjaannya di suatu bank dan membangun berbagai bisnis bersama keluarga. Apa yang ia dapat selama bekerja ia terapkan di bisnisnya.

8. Punya cara belajar yang unik. Selain belajar dengan cara home schooling di mana Ibu sebagai pendidik, belajar dari buku dan berbagai sumber, keluarga ini punya cara belajar yang disebut Nyantrik. Nyantrik adalah proses belajar hebat dengan orang hebat. Anak-anak akan datang ke perusahaan besar dan mengajukan diri menjadi karyawan magang. Jangan tanya magang jadi apa ya, mereka magang jadi apa aja. Ngepel, membersihkan kamar mandi, apapun. Mereka pun tidak meminta gaji. Yang penting, mereka diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dengan pemimpin perusahaan atau seorang yang ahli setiap hari selama magang.

9. Hal terpenting yang harus dibangun oleh sebuah keluarga adalah kesamaan visi antara suami dan istri. That’s why milih jodoh itu harus teliti. Hehe. Satu cinta belum tentu satu visi, tapi satu visi pasti satu cinta

10. Punya kurikulum yang keren, di mana fondasinya adalah iman, akhlak, adab, dan bicara.

11. Di-handle oleh ibu kandung sebagai pendidik utama. Ibu bertindak sebagai ibu,partner, teman, guru, semuanya.

Daaaan masih banyak lagi. Teman-teman yang tertarik bisa kepo twitter ibu @septipw atau gabung dan ikut kuliah online tentang keiburumahtanggaan diibuprofesional.com.

Hhhhmmm. Gimana? Profesi ibu rumah tangga itu profesi yang keren banget bukan? Ia adalah kunci awal terbentuknya generasi brilian bangsa. Saya ingat cerita Ibu Septi di awal kondisi beliau menjadi ibu rumah tangga. Saat itu beliau iri melihat wanita sebayanya yang berpakaian rapi pergi ke kantor sedangkan beliau hanya mengenakan daster. Jadilah beliau mengubah style-nya.

Jadi Ibu rumah tangga itu keren, jadi tampilannya juga harus keren, bahkan punya kartu nama dengan profesi paling mulia: housewife. So, masih zaman berpikiran bahwa ibu rumah tangga itu sebatas sumur, kasur, lalala yang haknya terinjak-injak dan melanggar HAM? Duh please, housewife is the most prestigious career for woman, right?! Tapi semuanya tetap pilihan. Dan setiap pilihan punya konsekuensi Jadi apapun kita, semoga tetap menjadi pendidik hebat untuk anak-anak generasi bangsa.

Setelah mengikuti sesi tersebut, saya menarik kesimpulan bahwa seminar kepemudaan tidak melulu bahas tentang organisasi, isu-isu negara, dan lain-lain yang biasa dibahas. Pemuda juga perlu belajar ilmu parenting untuk bekal dalam mendidik generasi penerus bangsa ini. Bukankah dari keluarga karakter anak itu terbentuk?

Wallahualambisshawab. Semoga ada yang bisa diambil pelajaran.
 — bersama Edy Gunawan dan Edyla DeLta.

Posted by Novi Ahimsa Rosikha on August 27, 2013 at 5:23am

Kamis, 06 Juni 2013

Sahabatku... Dialah Ibu dan Ayah...



Sahabatku…

Siapakah yang pertama kali kita temui saat kita lahir kedunia ini?

Seseorang yang pertama kali kita jumpai dalam hidup ini adalah orang tua…

Mereka yang sering kita panggil  ayah-bunda, ibu-bapak, ummi-abi apapun panggilan kita, dialah orang tua kita, merekalah yang telah banyak berjasa dalam kehidupan kita…

Kasih sayang mereka sepanjang masa dan tak akan pernah ternilai harganya…

Mereka berdualah yang berjuang membesarkan kita hingga detik ini…
Mereka berdualah yang membimbing kita, memenuhi semua yang kita butuhkan…

Ibu..

Dialah seorang wanita yang luar biasa yang melindungi kita selama sembilan bulan dalam rahimnya, dari bentuk kita yang masih segumpal darah, hingga ditupkannya ruh dan berkembang menjadi bentuk yang sempurna, dan dengan susah payah, mempertaruhkan nyawanya saat berjuang mengeluarkan kita dari rahimnya, menahan rasa sakit yang luar biasa, menahan perih saat pertama kalinya memberikan ASI pada sesosok bayi yang baru saja ia lahirkan…

Ibu…

Dialah yang menyayangi kita dengan belaian mesra nan tulus, mendidik kita dengan penuh cinta kasih dan kesabaran yang tiada batasnya hingga kita bisa menjadi seperti sekarang ini…

Ibu…

Dialah yang senantiasa selalu ada disaat apapun kondisi kita, ketika sakit dialah yang senantiasa merawat dengan penuh sabar dan cinta, ketika kita lelah dengan apapun dialah yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi, membimbing kita agar tetap tegar dan bijak menghadapi kehidupan ini, dikala kita menginjak batu kerikil yang amat tajam dialah yang senantiasa ada disamping kita membantu menyingkirkan batu-batu kerikil itu dan selalu ada cara dari seorang ibu untuk membantu buah hatinya meski harus mengorbankan nyawa dan kebahagiaannya..

 Ibu…

Takkan ada habisnya membicarakan semua kebaikan, kasih sayang dan pengorbanan dari seorang ibu…
Meskipun mungkin dia telah tiada, sesungguhnya dia selalu ada, dia telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk bekal kita menajajaki kehidupan ini saat dia tiada kelak yaitu cinta yang takkan pernah habis, ilmu bermanfaat yang telah ia ajarkan yaitu ketulusan dan kesabaran.

Ayah…

Seorang ayah pun tak kalah berjasanya bagi kita…
Selagi ibu merawat kita di rumah, dialah yang pergi dari terbit fajar hingga petang untuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga…

Ayah…

Dialah orang yang sangat bertanggung jawab memperhatikan dan menyayangi kita, sewaktu malam ketika kita tertidur dengan lelapnya, dia sering memperhatikan kita dengan seksama hanya sekedar untuk melihat raut wajah kita, dia memandangi wajah kita dalam-dalam dengan penuh cinta karena diwaktu ini sajalah dia bisa melihat kita dengan leluasa, karena sejak fajar hingga petang dia harus bekerja…

Ayah…

Dialah yang setiap malam berbincang pada sosok wanita terhebat yaitu ibu, saat kita terlelap dengan polosnya dia selalu menanyakan tingkah polah kita seharian, memperhatikan perkembangan kita dari hari ke hari, karena meskipun ia sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita dia tetap memperhatikan kita dengan memberikan perhatian, pendidikan dan kasih sayang yang tulus…

Ayah…

Dialah yang mengajarkan kita untuk menjadi sosok yang tangguh dan bertanggung jawab, memberikan contoh seorang pemimpin yang tegas dan bersahaja penuh dengan kasih sayang…

Ayah…

Dia sama hebatnya seperti ibu…

Ibu dan Ayah…

Dua orang yang amat luar biasa dan sungguh berharga bagi kita, berkat perjuangan, kasih sayang dan doa merekalah kita bisa menjadi seperti sekarang ini…

Sudah waktunya kita memperhatikan mereka dengan cara yang lebih, kita bukanlah anak kecil lagi yang hanya bisa menuntut dan meminta…

Seperti saat kita merengek minta ini dan itu dengan gelagat manja kita…

Sudah waktunya kita membalas semua kebaikan mereka dengan cara apapun yang dapat membahagiakan mereka, meski sungguhnya kita takkan pernah sanggup membalas semua kebaikan meraka karena bagitu luas kebaikan dan pengorbanan yang telah mereka curahkan…

Berdoalah dan terus bahagiakan Ibu dan Ayah kita, banggakan lah mereka dengan menjadikan diri kita ini menjadi anak yang berbakti, soleh dan solehah, karena salah satu penyelamat di akhirat kelak bagi orang tua kita adalah doa anak-anaknya yang soleh selain amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat…